Cinta itu ...
Berbicara tentang cinta tidak akan ada habisnya. Begitu
kira-kira jawaban tentang cinta bila ditayakan kepada seorang dokter cinta ataupun mereka
yang telah mengalami pahit dan manisnya percintaan. Cinta adalah anugerah
terindah yang diberikan Tuhan kepada umat manusia. Namun, tak jarang kisah
cinta justru berakhir tragis. Bahkan, terkadang cinta pun tidak membutuhkan
logika. Mau contoh? Mungkin, kisah cinta pertama umat manusia dimulai dari
kisah cinta antara Adam dan Hawa. Adam yang tidak sanggup menolak permohonan
Hawa yang telah dibujuk rayuan Setan
akhirnya melanggar perjanjian dengan Tuhan untuk memakan buah Khuldi yang terlarang. Hingga
mereka berdua pun diturunkan dari surga ke bumi. Peristiwa tersebut membuktikan
betapa kuatnya perasaan cinta untuk mengubah seseorang.
Lain cerita, salah satu kisah cinta yang paling fenomenal di
duniaadalah kisah Romeo dan Juliet. Kisah dua sejoli yang berakhir tragis.
Romeo dan Juliet menjalankan kisah cinta terlarang dimana hubungan mereka tidak
direstui oleh kedua pihak keluarga yang saling berselisih. Juliet yang
dijodohkan dengan orang lain memilih untuk meminum obat hingga tubuhnya kaku
seperti orang tewas untuk
sementara waktu. Romeo yang mengetahui kejadian tersebut akhirnya meminum racun
dan tewas di makam Juliet. Juliet yang terbangun melihat Romeo tewas akhirnya
bunuh diri dengan meggunakan pisau dihadapan Romeo. Kisah cinta tersebut
membuktikan bahwa cinta membutuhkan kejujuran, kepercayaan dan kesetiaan.
Dari kisah cinta dalam negeri yang terkenal, terdapat kisah
cinta Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso yang konon telah menaklukan Kerajaan
Baka ingin mempersunting Putri dari Prabu Baka yang tersohor kecantikannya,
Rara Jonggrang. Lamaran Bandung Bondowoso pun ditolak mentah-mentah oleh Rara
Jonggrang, karena ia tidak mau menikahi pembunuh Ayahnya. Namun, Bandung
Bondowoso yang terus menerus memohon dan memaksa akhirnya diberi dua syarat
yang mustahil diwujudkan. Kedua syarat tersebut adalah membuat sumur Jalatunda
dan membuat seribu Candi dalam
waktu semalam. Berkat kesaktiannya, konon Bandung Bondowoso berhasil
menyelesaikan kedua syarat tersebut. Namun, Putri Rara Jonggrang tetap tidak mau menikahi Bandung Bondowoso. Akhirnya, Rara Jonggrang pun dikutuk oleh
Bandung Bondowoso menjadi patung untuk melengkapi 999 Candi yang telah
dibuatnya. Kisah cinta yang
bertepuk sebelah tangan dan berakhir tragis. Kisah cinta ini membuktikan bahwa cinta
membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Namun di lain sisi, cinta juga tidak
dapat kita paksakan karena cinta membutuhkan ketulusan.
Sama seperti kisah-kisah cinta diatas, rasa cinta kita terhadap tanah air
membutuhkan kekuatan cinta yang terdiri dari kesetiaan, kepercayaan, kejujuran,
ketulusan, perjuangan, dan bahkan pengorbanan. Semoga saja kisah cinta terhadap tanah air
kita tidak bertepuk sebelah tangan.
Lalu, dalam
dunia perekonomian pun begitu. Perekonomian juga membutukan
begitu banyak perasaan cinta. Tidak percaya?
Ekonomi Juga Butuh Cinta
Romansa perekonomian sebuah negara tidak terlepas dari peran
mata uang mereka. Naik dan turun mata uang sebuah negara dapat mempengaruhi
stabilitas perekonomian negara tersebut. Meskipun fundamental makro ekonomi
tidak hanya berbicara tentang mata uang saja, tetapi mata uang tetaplah menjadi
ujung tombak dalam bertransaksi. Seperti aliran darah yang mengalir di sepanjang
tubuh manusia, peran mata uang menjadi sentral dalam aktivitas transaksi
sehari-hari.
Dalam sejarahnya, Bangsa Indonesia merupakan Macan Asia yang
dihormati Bangsa lain terutama di kawasan Asia-Afrika. Hingga saat ini,
Indonesia masih
memiliki sikap konsisten yang independen tidak memihak pihak manapun. Dalam era
Orde Lama dan Orde Baru, Indonesia pun kerap mencapai swasembada pangan dan pembangunan yang terus
berjalan. Meskipun beberapa
kali juga sempat mengalami krisis, tetapi hal tersebut tidak melunturkan
reputasi Bangsa Indonesia sebagai Macan Asia.
Namun, tahun 1997 krisis melanda Benua Asia, terutama di
kawasan Asia Tenggara.
Indonesia pun menjadi salah satu Negara yang terkena imbas dari krisis
tersebut, bahkan menjadi yang terparah. Saat itu, kegaduhan kondisi
politik yang mencekam semakin membuat
kondisi perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil. Mendengar cerita dari
kedua orang tua saya, saat itu kepanikan melanda orang-orang Indonesia.
Ketidakpercayaan kepada para pemimpinnya menjadi salah satu penyebab utama
terjadinya krisis ekonomi. Kemudian,
krisis ekonomi semakin parah saat orang-orang berbondong-bondong menukarkan mata uang Rupiah
dengan Dollar Amerika Serikat. Bukannya membantu pemerintah dalam menghadapi
krisis, justru ke jadian tersebut
semakin memperburuk situasi hingga nilai tukar Rupiah terjun bebas. Kondisi
tersebut menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis
dan membutuhkan waktu lama untuk pulih. Pembangunan pun terhambat, kemiskinan
dan pengangguran merajalela, kejahatan pun semakin banyak terjadi. Untuk yang
bertanya-tanya mengapa pembangunan Indonesia baru berlangsung akhir-akhir ini,
begitulah jawabannya.
Mungkin, apabila saat itu orang-orang Indonesia memiliki
rasa cinta yang lebih
terhadap mata uangnya, krisis ekonomi tidak akan berlangsung lama dan parah.
Pembangunan Indonesia pun tidak akan tertinggal terlalu jauh dengan
negara-negara lain. Entah apa yang ada dipikiran orang-orang waktu itu, mungkin
keadaanlah yang mendesak mereka berbondong-bondong menukarkan Rupiahnya dengan
Dollar Amerika Serikat. Kondisi perekonomian yang sulit membuat mereka melakukan
hal tersebut. Menurut saya, apabila lebih sedikit bersabar dan berkorban
menahan rasa sakit untuk tidak menukarkan mata uang Rupiah, bisa saja krisis
tidak terjadi terlalu parah dan lama. Karena, cinta memang membutuhkan
pengorbanan.
Menurut saya, peristiwa tersebut mengindikasikan bahwa mungkin
saja kekuatan cinta dapat menyelamatkan sebuah Bangsa dari guncangan krisis.
Jadi, ekonomi pun membutuhkan kekuatan cinta kan? Eh?
Cinta Bisa Menguatkan Rupiah
Yang berlalu biarlah berlalu, dan kita harus move on. Begitu kira-kira cara generasi
“kids zaman now” menghadapi getir
pahitnya cinta. Agar kejadian krisis ekonomi tidak terjadi seperti itu lagi,
maka Gerakan Cinta Rupiah yang dicanangkan oleh Bank Indonesia ini sangatlah penting
dan bermanfaat. Saya pribadi mendukung penuh gerakan tersebut, karena Cinta
Rupiah harus diperjuangkan bersama-sama oleh seluruh rakyat Indonesia. Bukan
hanya karena menuruti kata Undang-Undang saja, tetapi rasa cinta itu harus
tulus lahir dari hati nurani setiap orang Indonesia. Setuju? Setuju dong.
Sebenarnya, dalam teori ekonomi yang berbalut rasa cinta,
cinta terhadap Rupiah memiliki manfaat yang besar dalam perekonomian, seperti
menekan angka inflasi. Rupiah
atau mata uang sebuah Negara merupakan komoditas. Komoditas tersebut
terpengaruh oleh hukum alam permintaan (demand)
dan penawaran (supply). Jika,
permintaan terhadap uang Rupiah meningkat, maka nilai tukar atau harga uang Rupiah
menjadi tinggi, bisa dikatakan uang Rupiah menguat. Namun, sebaliknya jika
permintaan terhadap uang Rupiah rendah, maka nilai tukar atau harga uang Rupiah
menjadi rendah, bisa diakatan uang Rupiah melemah. Bila saat ini nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat sangat rendah, artinya permintaan akan
Dollar Amerika Serikat di Indonesia sangat tinggi. Banyak orang-orang di
Indonesia yang memiliki Dollar Amerika Serikat dalam jumlah besar. Hal ini
sebagian besar masih disebabkan oleh dampak dari krisis moneter tahun 1998 yang
telah saya sebutkan diatas.
Kalau
begitu, jual saja Dollar Amerika Serikat yang kita miliki. Well, kenyataannya tidak semudah seperti membalikan telapak tangan.
Apakah kalian memiliki Dollar Amerika Serikat? Saya yakin, mayoritas Generasi
Millennials yang membaca pasti tidak memilikinya. Coba tanyakan kepada orang
tua kalian, mungkin mereka memilikinya. Memang tidak semudah seperti membalikan
telapak tangan untuk membuat nilai tukar Rupiah menjadi lebih kuat.
Meskipun
begitu, nilai tukar Rupiah yang rendah ini sangat membantu para
pengusaha-pengusaha di Indonesia untuk melakukan ekspor barang ke luar negeri.
Harga barang-barang dari Indonesia menjadi jauh lebih murah dibandingkan dari Negara
lain. Hal tersebut menjadikan harga barang-barang dari Indonesia menjadi sangat
kompetitif. Namun, harga yang terlalu kompetitif tersebut bisa jadi justru
merugikan Bangsa Indonesia. Jika, kita dapat menjual 1 barang seharga Rp.
10.000, kenapa kita harus menjualnya seharga Rp. 1.000?
Selain itu,
apabila para pengusaha Indonesia tidak lebih produktif dan Bangsa Indonesia
lebih banyak melakukan impor, maka akan sangat membebani neraca perdagangan
Indonesia itu sendiri. Terlebih lagi, nilai tukar Rupiah yang rendah tentu saja
membuat pembayaran utang investasi ke pihak luar negeri menjadi jauh lebih
mahal. Well, jika bisa berharap atau
pun bermimpi tentu saja saya pribadi lebih menginginkan nilai tukar Rupiah yang
lebih kuat. Hal itu tentu saja bukan hal yang mustahil untuk terwujud. Rasa
cinta kita terhadap Rupiah tentu saja dapat membantu mewujudkan hal tersebut.
Memiliki dan merawat Rupiah adalah salah satu langkah nyata untuk mewujudkannya
secara bersama-sama.
Tunjukan Rasa Cintamu Pada Rupiah
Ibarat nasi
yang telah berubah menjadi bubur, tak ada hal yang perlu disesalkan. Kini,
dengan bubur tersebut kita masih dapat mengolahnya menjadi santapan lezat
dengan beberapa tambahan bahan makanan. Bahkan, mungkin saja membuat kita
menjadi penjual bubur yang bisa naik Haji.
Nah,
sebagai generasi millennials, kita tidak perlu berlarut dalam kesedihan di masa
lalu. Cukup menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran untuk masa depan yang
lebih baik. Selain itu, kita juga dapat menunjukan rasa cinta kepada
Rupiah dengan cara-cara yang sederhana. Menurut Bank Indonesia, kita harus
memperlakukan Rupiah dengan 5 Jangan, yaitu: Jangan Dilipat, Jangan Dicoret,
Jangan Distepler, Jangan Diremas, dan Jangan Dibasahi.
Sehingga, wujud atau tindakan nyata yang sederhana dari 5
Jangan tersebut salah satunya adalah:
Pertama, jangan biasakan menyimpan uang fisik di saku celana
atau kantong baju. Hal tersebut sangat berpotensi untuk terlipat dan teremasnya
uang. Biasakan saja menyimpan uang di dompet yang layak.
Kedua, miliki atau gunakanlah dompet yang berukuran sesuai
dengan ukuran uang.
Jangan menggunakan dompet berukuran minimalis. Hal tersebut sederhana, tetapi
sulit untuk dilakukan, terutama oleh kaum pria. Rata-rata desain dompet,
terutama kaum pria adalah yang dapat dilipat. Otomatis uang pun secara natural
ikut terlipat. Sebaiknya mulai sekarang kita sama-sama mencari dompet yang
lebih berukuran besar dan tidak
berbentuk lipatan.
Ketiga, biasakan bertransaksi
secara non-cash. Jika,
merasa kesulitan dan
ribet membawa dompet berukuran
besar. Maka memang sebaiknya kita harus membiasakan diri untuk
bertransaksi menggunakan uang non-tunai. Selain memudahkan, tentu saja kita dapat memperoleh keuntungan lain
dari program-program non-tunai tersebut.
Keempat, menabung atau menyimpan uang di Bank. Meski sudah jarang terdapat orang yang melakukan proses
menabung menggunakan celengan ayam, dibawah kasur, atau pun diselipkan di peci.
Namun, percayalah beberapa orang di Indonesia masih ada yang melakukannya. Sebagai Generasi Millennials, kita ajak juga
sanak saudara atau kerabat untuk menabung dan menyimpan uang di Bank.
Kelima, Hargai uang rupiah berapa pun nilainya. Uang koin yang bernilai rendah
seringkali tak dihiraukan kehadirannya. Padahal, mungkin saja uang yang
nilainya tak seberapa tersebut masih sangat dibutuhkan oleh orang lain.
Keenam, peka terhadap uang palsu. Hal ini adalah sala satu
langkah yang cukup sulit dilakukan. Sebagai warga negara yang baik, kita harus
mengenali Rupiah yang kita gunakan dengan benar. Bank Indonesia pun memberikan
tips untuk mengenali Uang Rupiah dengan baik dan benar, yaitu dengan metode 3D
(dilihat, diraba, dan diterawang).
Akhirnya, perasaan
cinta terhadap Uang Rupiah akan tersebut
akan dikembalikan kepada pribadi individu masing-masing. Apakah perasaan cinta
tersebut hanya cinta sesaat atau cinta yang tulus berasal dari hati. Satu hal
terpenting adalah Uang Rupiah kita merupakan perwujudan persatuan moneter
Republik Indonesia. Uang Rupiah memiliki sejarah panjang yang telah dilalui
hingga dapat beredar dengan layak seperti sekarang. Uang Rupiah telah hadir
lintas generasi dan tumbuh sebagai identitas Bangsa Indonesia. Dalam
sejarahnya, Uang Rupiah telah mengalami banyak tantangan dan cobaan, setelah
menggantikan uang sebelumnya yang beredar seperti Uang Republik Indoensia
Serikat, Oeang Republik Indonesia (ORI), uang pada masa penjajahan, hingga
uang-uang yang berbeda-beda jenisnya pada Zaman Kerjaan. Untuk informasi
mengenai sejarah lengkap Uang Rupiah, kita dapat mengunjungi Museum Bank
Indonesia. Disana merupakan tempat yang cocok untuk berekreasi sekaligus tempat
yang mengedukasi.
Alhasil, kisah-kisah
cinta yang Best Seller memang
lebih banyak kisah cinta yang
berakhir tragis. Namun, hal tersebut terjadi untuk memuaskan penonton dan hanya
fiktif belaka. Sedangkan kita hidup dalam dunia nyata. Semoga saja kisah cinta
kita terhadap Rupiah tidak beraakhir tragis seperti kisah-kisah fiktif. Oleh
karena itu, mari kita dukung Gerakan Cinta Rupiah ini. Kita wujudkan dengan
langkah-langkah sederhana yang nyata. Karena. cinta Rupiah bukan karena
menuruti kata Undang-Undang saja, tetapi harus lahir dari ketulusan hati. Cinta tulus dan suci adalah cinta
yang akan abadi dalam bautan komitmen. Selain itu, mencintai Rupiah
adalah salah satu wujud menghargai para pahlawan yang telah berjasa mendirikan
Republik Indonesia. Sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya kita mengisi
kemerdekaan dengan mencintai Uang Rupiah kan?
#CintaRupiah
#GenerasiCintaRupiah