Saat ini Bangsa Indonesia
memiliki potensi perekonomian yang sangat besar dan belum diperhitungkan dalam
dunia perekonomian internasional. Posisi seperti ini bisa menjadikan Indonesia
sebagai kuda hitam dalam dunia ekonomi internasional. Indikasi tersebut telah
muncul dengan bukti negara kita mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi yang
sangat pesat. Kini bangsa kita memiliki pasar yang menjanjikan dengan ekonomi
yang beragam, sistem keuangan cukup canggih dan populasi yang tumbuh cepat. Hal
ini mengingatkan dan memberikan harapan kepada masyarakat Indonesia tentang
romantisme masa lalu bangsa kita sebagai macan asia.
Optimisme tersebut harus dimiliki
bangsa kita mengingat masa lalu telah membuktikan bahwa bangsa kita mampu untuk
menjadi macan asia dan diperhitungkan di dunia internasional. Pengakuan
internasional tentang ekonomi Indonesia telah diungkapkan dengan upgrade
terbaru dalam peringkat kredit negara yang dilakukan perusahaan jasa keuangan
internasional seperti Standard & Poor dan Fitch Ratings and Moody’s. Mereka
menyatakan pertumbuhan ekonomi yang ulet, utang pemerintah yang rendah dan
pengelolaan fiskal yang berhati-hati telah telah menjadi kunci dalam menarik arus
masuk keuangan ke Indonesia. Adapun hal-hal lain yang menjelaskan peningkatan
investasi asing dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu :
• Sumber daya alam yang melimpah
dan beragam
• Jumlah penduduk yang besar dan
berkembang
• Stabilitas politik ( relatif )
• Pengelolaan fiskal yang
hati-hati sejak akhir 1990-an
• Lokasi strategis dalam
kaitannya dengan ekonomi raksasa China dan India
• Biaya tenaga kerja rendah
Ekonomi itu sendiri dapat
didefinisikan sebagai sistem yang digunakan untuk mengelola sumber daya di
suatu negara. Perekonomian suatu negara sering digunakan untuk mengukur
seberapa kaya atau miskin negara dan rakyatnya. Ini berarti bahwa sebagian
besar perekonomian itu sangat rumit dan memiliki dampak besar pada kehidupan
orang-orang biasa. Ketika perekonomian berjalan dengan baik, itu berarti bahwa
kebanyakan orang memiliki pekerjaan, mampu untuk hidup dan bahwa pemerintah
membuat cukup uang dari pajak untuk melakukan tugasnya dengan benar. Ketika
perekonomian buruk, itu berarti bahwa orang-orang akan kehilangan pekerjaan.
Dalam tulisan kali ini saya akan
menuangkan tentang romantisme perekonomian Indonesia dari masa ke masa. Bangsa kita
pernah menerapkan berbagai macam sistem perekonomian mulai dari liberal,
demokrasi ekonomi, dan sekarang menganut sistem campuran. Saat ini pemerintah
Indonesia memadukan dua sistem ekonomi sekaligus, yaitu sistem ekonomi pasar
dan sistem ekonomi terpimpin, namun tidak terlepas dari nilai-nilai landasan
Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Sistem yang kita anut
ini bertujuan bahwa pemerintah dan pihak swasta memiliki pernanan yang sama dan
seimbang, sehingga tidak terjadi sistem ekonomi komando yang hanya dikuasai
beberapa pihak saja, serta menghindari adanya sistem perekonomian pasar bebas
yang sebebas-bebasnya.
Indonesia awalnya menganut sistem
ekonomi liberal, dimana semua kegiatan ekonomi diserahkan kepada masyarakat.
Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha
non-pribumi seperti pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. Pada masa pasca kemerdekaan,
perekonomian Indonesia memang sangat buruk dengan ditandai oleh inflasi yang
tinggi akibat dari beredarnya lebih dari satu mata uang yang tidak terkendali.
Saat itu pemerintah RI untuk sementara waktu menyatakan tiga mata uang yang berlaku di
wilayah Indonesia, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah
Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Hal ini yang mempengaruhi
kenaikan tingkat harga tidak terkendali. Akhirnya pemerintah RI pada bulan
Oktober 1946 mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia).
Masalah ekonomi pada masa Orde
Lama tidak berhenti sampai disitu. Bangsa kita kesulitan untuk melakukan
perdagangan luar negeri karena Belanda melakukan blokade. Eksploitasi
besar-besaran terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia pada masa
penjajahan juga sangat dirasakan dampaknya, sehingga akhirnya kas negara kita
menjadi kosong. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah pada masa itu, antara
lain Program Pinjaman Nasional, upaya menembus blokade Belanda, Konferensi
Ekonomi Februari 1946, pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi),
serta Kasino Plan mengenai swasembada pangan.
Bung Karno memang sangat memegang
teguh prinsipnya bahwa Bangsa Indonesia memang baru saja terlahir. Jika saat
ini kita belum bisa memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki, biarlah kekayaan
tersebut tersimpan utuh di bumi Indonesia tercinta. Bung Karno tidak pernah
sedikit pun berniat untuk menjual atau menggadaikan aset sumber daya alam yang
ada di Indonesia. Bahkan untung penebangan hutan secara liar pun sangat jarang
terjadi. Bung Karno terus menjaga harkat martabat serta harga diri Indonesia
dengan menabung sumber daya alam yang kita miliki untuk anak dan cucu Bangsa
Indonesia nanti, kelak ketika kita sudah bisa mengolahnya sendiri. Jadi, pada
masa kepemimpinan Bung Karno, bangsa kita memang bisa dibilang hidup miskin
demi melindungi anak cucu Bangsa Indonesia di kemudian hari.
Indonesia pada akhirnya harus
merasakan masa yang cukup kelam setelah mendapatkan kemerdekaan. Orde lama
menyisakan pekerjaan rumah yang sangat berat bagi pemerintah kita. Pada
permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada penyelamatan ekonomi
nasional terutama untuk mengendalikan tingkat inflasi yang menunjukan angka
kurang lebih 650% pada awal tahun 1966. Pemerintah pun fokus pada penyelamatan
keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Ditengah gentingnya
suasana politik Indonesia pada masa itu ketika peristiwa pemberontakan yang
dilakukan PKI dan akan dimulainya rezim Soeharto, pemerintah tetap berfokus
pada penyelamatan ekonomi nasional. Pemerintah kita melakukan stabilisasi dan
rehabilitasi dalam pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin
berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Keadaan ekonomi Indonesia pasca
Orde Lama sangat parah dengan hutang luar negeri mencapai 2,3-2,7 miliar
sehingga pemerintah Indonesia meminta negara-negara untuk menunda pembayaran
utang luar negeri Indonesia. Kemudian Indonesia akan menggunakan devisa
ekspornya untuk pembayaran utang dan mengimpor bahan-bahan baku. Selama 10
tahun sejak Orde Lama berakhir tersebut perekonomian Indonesia memang mengalami
kelumpuhan. Sambil merangkak pada Orde Baru, Bangsa kita melakukan pembangunan
dengan tujuan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Pedoman pembangunan nasional kita pada waktu itu adalah Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan, yang intinya adalah kesejahteraan
bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Pelaksanaan
pembangunan nasional dilakukan dalam dua tahap, yaitu jangka panjang dan jangka
pendek. Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun, sedangkan jangka
pendek mencakup periode 5 tahun (pelita/pembangunan lima tahun) yang merupakan
penjabaran dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu
berkaitan. Hal ini cukup berhasil karena lebih dari 30 tahun, pemerintahan
mengalami stabilitas politik sehingga menunjang stabilitas ekonomi.
Bangsa kita akhirnya bisa
mencapai swasembada beras dengan memenuhi kebutuhan beras untuk rakyatnya
sendiri. Hal ini akhirnya menciptakan perbaikan kesejahteraan rakyat sehingga
angka kemiskinan menurun dan tingkat pendidikan yang terus meningkat. Namun
kebijakan yang dilakukan masa Orba banyak merusak dan mencemari lingkungan
serta sumber daya alam. Walaupun pertumbuhan ekonomi terlihat meningkat pesat
namun pada kenyataannya pembangunan tidak terjadi secara merata. Semua
pembangunan semata-mata hanya ditangani oleh pihak-pihak tertentu yang secara
otoriter mengendalikan semua kebijakan Indonesia dan mementingkan kepentingan
golongan tertentu. Wilayah Indonesia yang menyumbang devisa terbesar terutama
diluar jawa justru masih banyak memiliki angka kemiskinan, sehingga akhirnya menjadi
penyebab utama terpuruknya kembali perekonomian Indonesia dan meruntuhkan rezim
Orde Baru.
Rakyat Indonesia seakan terlena
dan tidak mengetahui apa yang terjadi pada negara mereka di masa Orde Baru.
Masa ini sangat bertolak belakang dengan prinsip Bung Karno. Orde Baru sangatlah
tertutup dan tidak transparan. Semua sumber daya alam kita dibiarkan untuk
diekspoitasi oleh pihak asing, bahkan dengan menggadaikan atau menjual aset
kita. Hasil kekayaan perut bumi dan hutan Bangsa Indonesia telah diambil alih
oleh pihak asing dan menjadi sumber penghasilan negara untuk menutupi
keterpurukan. Wajar jika akhirnya Orde Baru berhasil mencipatakan masyarakat
yang cukup sejahtera. Bahkan segelintir kelompok orang sangat merasakan
pesatnya pendapatan mereka dengan praktik KKN yang semakin merajalela. Hingga
akhirnya keserakahan itulah yang meruntuhkan rezim Orde Baru yang bergelimang
KKN dan ditandai dengan terjun bebasnya rupiah ke angka 16.000 per dollar.
Bangsa kita seolah-olah telah dihina dan dipermainkan oleh pihak asing sampai
tidak memiliki harga diri sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani seperti
di era Bung Karno.
Romantisme perjalanan Bangsa
Indonesia tidak berhenti hanya sampai disitu. Iklim kebangsaan setelah Orde
Baru menunjukan suatu kondisi yang mendukung untuk mulai dilaksanakannya sistem
ekonomi Indonesia sesungguhnya yang diingkan rakyat Indonesia. Sejak
bergulirnya reformasi 1998 ditandai dengan krisis ekonomi dan tumbangnya
pemerintahan Orde Baru, di Indonesia mulai dikembangkan sistem ekonomi
kerakyatan, di mana rakyat memegang peranan sebagai pelaku utama namun kegiatan
ekonomi tetap lebih banyak berdasarkan pada mekanisme pasar. Pada masa ini
tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun juga kebijakan
ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa
mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan. Presiden Habibie dan
Abdurrahman Wahid yang mewarisi tonggak pemerintahan Indonesia belum bisa
melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi dan menyelamatkan
negara dari keterpurukan. Warisan Orde baru mengenai korupsi, kolusi dan
nepotisme pun pada era reformasi ini semakin mengakar dan mendarah daging.
Presiden Gus Dur malah terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan
kredibilitasnya di mata masyarakat dan akhirnya digantikan oleh presiden
Megawati.
Pemecahan masalah ekonomi dan
penegakan hukum semakin mendesak untuk segera diselesaikan. Kebijakan penundaan
pembayaran utang luar negeri pun kembali dilakukan. Presiden Megawati akhirnya
membuat kebijakan kontroversial dan dicekam oleh masyarakat dengan melakukan
privatisasi perusahaan negara (BUMN), yaitu menjual perusahaan negara di dalam
periode krisis kepada pihak asing. Di masa ini juga direalisasikan berdirinya
KPK (Komisi Pemebrantasan Korupsi), tetapi hingga sekarang belum ada gebrakan
kongkritnya dalam memberantas korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat
banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia dan
mengganggu jalannya pembangunan nasional. Masa kepemimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono juga melakukan kebijakan kontroversial, yaitu mengurangi
subsidi BBM atau dengan kata lain menaikan harga BBM. Kebijakan ini akibat
naiknya harga minyak dunia, dan anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi
sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
pembangunan.
Tahun ini adalah kembali menjadi
pesta demokrasi bangsa kita tercinta. Sudah kurang lebih sekitar 15 tahun sejak
berdirinya era reformasi, tapi apakah Anda yakin Orde Baru benar-benar telah
berakhir? Parktik-praktik pemerintahan yang negatif sisa warisan era Orde Baru
memang masih sangat banyak terjadi di era reformasi ini, bahkan masih menjadi
karakter dan tabiat politik di negeri ini. Pemerintahan yang tidak punya
kebijakan dan hanya menuruti alur partai politik di DPR menandakan pemerintahan
kita yang sangat lemah dan tidak memiliki prinsip. Sungguh malu jika melihat
para leluhur yang berjuang mati-matian rela berkorban jiwa dan raga demi
kemerdekaan anak cucu mereka, yang tidak lain dan tidak bukan adalah kita
sekarang ini. Mereka rela hidup dengan serba kesulitan dan menabung semua aset
yang dimiliki demi kita. Namun, kini kita tidak bisa berbuat banyak serta tidak
bisa memelihara amanah serta harapan leluhur kita. Bangsa kita menjadi tidak jelas.
2014 ini mau dibawa kemana bangsa kita?
Sources:
www.ekoonomi.com
www.cadtm.org
www.indonesia-investments.com
www.indonesia.go.id
www.ekoonomi.com
www.cadtm.org
www.indonesia-investments.com
www.indonesia.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar