Kamis, 26 Januari 2017

Rapat Konsolidasi Menyambut HUT ke-50 ASEAN

Hari Selasa, tanggal 24 Januari 2017 Relawan Komunitas Peduli ASEAN berkesempatan untuk menghadiri undangan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, tepatnya dari Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional. Tempat pelaksanaan acara berada di Ruang rapat Serayu lt. 3 Gedung Ali Wardhana, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI. Pertemuan ini bertujuan untuk pengenalan MEA dan konsolidasi menyambut HUT ASEAN ke-50.

Terima kasih kami ucapkan kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia yang telah mengundang kami, khususnya untuk Yth. Ibu Netty. Mba Devi, dan Mas Beni dari Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional.




 ASEAN & MEA

Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas regional yang memiliki kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan ekonomi 10 negara anggota ASEAN. Selain itu, MEA memiliki tujuan untuk meningkatkan daya saing ASEAN dengan sasaran pada pertumbuhan ekonomi di kawasan regional yang terintegrasi antar negara, menyeluruh, dan stabil. Dengan daya saing yang lebih baik, diharapkan ASEAN mampu meningkatkan peran partisipasinya dalam Global Value Chain.

Awalnya, pembentukan ASEAN banyak dilatar belakangi oleh faktor politik di kawasan regional ASEAN. Sebelum terbentuknya ASEAN di tahun 1967, kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang rawan konflik. Semua negara di ASEAN, kecuali Thailand merupakan Negara bekas jajahan, sehingga banyak kepentingan-kepentingan yang akhirnya menimbulkan beberapa konflik. Salah satu konflik yang paling terkenal adalah “Perang Vietnam”, yang bahkan kisahnya dijadikan sebuah film Hollywood. Selain itu konfrontasi antar negara, seperti Indonesia dan Malaysia sudah terjadi sejak dahulu kala. Salah satu istilah yang paling populer pada saat itu adalah “Ganyang Malaysia”, yang bahkan hingga kini masih terasa persaingan antar negara yang bertetangga tersebut. Atas dasar tersebut mendorong para Founder ASEAN (5 Negara) untuk membentuk ASEAN agar dapat meredam konfrontansi antar negara di kawasan. ASEAN resmi berdiri berdasarkan Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Kesepakatan tersebut meliputi kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan di kawasan regional.



ASEAN WAY

Seiring dengan berjalannya waktu..

Kerjasama kawasan regional ASEAN semakin terarah, dan pada akhirnya menghasilkan Blueprint AEC 2020. Masyarakat Ekonomi ASEAN awalnya ingin dimulai pada tahun 2020, namun dianggap terlalu lama sehingga diputuskan untuk melakukan percepatan. Akhirnya MEA pun mulai aktif diberlakukan per tanggal 1 Januari 2016 yang lalu.

Untuk masyarakat di Indonesia sendiri, sepertinya pemberlakuan MEA ini tidak memiliki dampak yang signifikan. Bahkan tidak jarang warga negara Indonesia masih belum mengetahui apa itu MEA. Hal ini dapat dimaklumi karena memang dari dahulu kala perdagangan bebas sudah diterapkan di Indonesia, sehingga pemberlakuan MEA ini tidak terlalu terasa dampaknya di masyarakat.

Akan tetapi, hal itu bukan merupakan sebuah alasan untuk kita menjadi tidak peduli terhadap MEA ini. MEA merupakan salah satu wadah bagi Bangsa Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya. Kondisi ekonomi yang terbuka merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan daya saing Bangsa.

Integrasi Ekonomi

Dalam perekonomian terbuka, integrasi ekonomi sulit untuk dihindarkan. Salah satu tujuan dari MEA adalah mengintegrasikan perekonomian di kawasan regional. Sebagai contoh, sebuah negara X berinvestasi di bidang otomotif dengan produk Y di kawasan ASEAN. Misalnya negara X tersebut menganggap bahwa orang-orang Indonesia pandai membuat ban, sehingga Indonesia fokus untuk membuat ban saja. Sedangkan, Thailand membuat body, Malaysia membuat kaca, dan seterusnya hingga bagian-bagian tersebut apabila disatukan menjadi sebuah mobil. Sehingga, produktivitas di kawasan ASEAN meningkat, karena mampu menghasilkan produk otomotif Y berdaya saing tinggi dari hasil kegiatan produksi ekonomi yang terintegrasi. Itu hanya contoh saja..

Nah, perekonomian yang terintegrasi ini pun memiliki resiko. Ibarat teman dalam satu kelas.. jika salah satu sakit flu, maka penyakit flu tersebut bisa menular ke teman-teman satu kelas tersebut. Itulah yang terjadi pada tahun 1997, dimana saat itu krisis melanda Asia dan Thailand terkena dampaknya sehingga mata uang Baht terdepresiasi. Karena, kita berada di satu kawasan regional ASEAN, sehingga Indonesia pun ikut terkena dampaknya. Tetapi, ada satu hal yang membedakan kala itu. Pada tahun 1998, di Indonesia sendiri gejolak ekonomi tersebut dibarengi dengan gejolak politik sehingga terjadi krisis ekonomi. Berbeda dengan negara-negara lain di ASEAN yang tidak memiliki gejolak politik. Maka, pada akhirnya Indonesia-lah yang menjadi negara dengan dampak terbesar akibat krisis 1998. Meskipun, perlu diakui bahwa lebih banyak faktor-faktor non-ekonomi yang menyebabkan krisis itu terjadi.

ASEAN Trade

Ekonomi ASEAN saat ini tidak dapat dipandang dengan sebelah mata. ASEAN merupakan 6th largest economy in the world dan 3rd largest economy in Asia. Di dunia, ASEAN hanya kalah dari USA, China, Japan, Germany, dan Britain. Sedangkan, di Asia, ASEAN hanya kalah dari China dan Japan.

Namun sayangnya, GDP ASEAN yang besar ini 76%-nya merupakan extra-trade. Maksudnya adalah perdagangan di ASEAN itu terdiri dari intra-trade dan extra-trade. Intra-trade adalah perdagangan yang dilakukan antar negara ASEAN, sedangkan extra-trade adalah perdagangan negara ASEAN dengan negara non-ASEAN, misalnya dengan Japan atau China. Karena, ASEAN sendiri kini memiliki kerjasama yang telah berevolusi menjadi ASEAN+6 FTA, yaitu ASEAN + Japan, China, Korea, India, Australia dan New Zealand.

Mungkin, jika suatu saat ASEAN telah memliki daya saing yang baik terkait mutu produk dan harga barang atau jasa, maka perdagangan intra-trade dapat lebih banyak porsinya. Untuk mencapai daya saing tersebut, dibutuhkan faktor-faktor produksi, misalnya infrastruktur dan SDM berkualitas agar daya saing di kawasan meningkat. Namun, saat ini bukan menjadi masalah besar apabila porsi intra-trade di ASEAN jauh lebih sedikit dari extra-trade.

Apabila jauh di kemudian hari daya saing ASEAN sudah meningkat, mungkin saja ASEAN dapat menerbitkan mata uang tersendiri (single currency). Single Currency akan memudahkan intra-trade di ASEAN. Namun, sepertinya agak sulit karena negara-negara di ASEAN memiliki banyak perbedaan yang perlu disatukan. Hal ini dapat terlihat dari bentuk pemerintahannya yang berbeda-beda. Ada yang berbentuk Republik, Kerajaan, Kerajaan Islam, Republik Sosialis, Republik Rakyat Demokratik, dll. Semoga perbedaan-perbedaan tersebut bukan menjadi halangan, justru menjadi perekat kerjasama.




ASEAN Free Trade Area/AFTA

Sejak tanggal 1 Januari 2010 perdagangan bebas ASEAN-6, yaitu Indonesia, Brunei, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand telah menghapus bea masuk impor sebanyak 99,65% dari pos yang diperdagangkan. Sementara itu, ASEAN-4, yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam telah menurunkan bea impor sebanyak 98,86% dari pos yang diperdagangkan menjadi 0-5%. Penghapusan tarif hanya salah satu elemen dalam meningkatkan integrasi ekonomi negara anggota ASEAN di sektor barang. Sedangkan, elemen-elemen lainnya adalah mencakup Rule of Origin, Self Certification, ASEAN Single Window, ASEAN Trade Repository, dan Simplification CI Form-D.

Pasar tunggal ASEAN ini seharusnya menjadi peluang besar bagi UMKM di Indonesia yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Dengan adanya pasar tunggal MEA, maka ada potensi pasar ASEAN sebanyak 650 juta penduduk yang terbuka bagi pasar UMKM Indonesia. Kegiatan ekspor-impor antar negara ASEAN memiliki tarif yang sudah 0%, kecuali beberapa barang tertentu yang dibatasi, misalnya beras sebagai bahan kebutuhan pokok. Untuk mendapatkan tarif sebesar 0% tersebut, pelaku usaha harus membuat Surat Keterangan Asal (SKA). Jika, tidak membuat SKA maka pelaku usaha tidak akan memperoleh tarif 0%.  Hal ini bertujuan sebagai pembuktian bahwa barang yang diperdagangkan benar berasal dari Indonesia, bukan barang ilegal. Non-Tariff Measures (NTM) dan Non-Tariff Barriers (NTB) telah ada, namun tetap saja dalam pelaksanaanya masih menemui kendala. Misalnya, tarif sudah 0% tetapi tetap susah masuk, karena masih terhambat birokrasi terkait sertifikasi, list, peraturan, dll. Maka, sebagai pelaku usaha Anda dapat menghubungi ASSIST, sebagai portal penanganan kasus NTM dan NTB.

Nah..

Pasar tunggal bukan berarti semua orang se-ASEAN dapat bebas menyambangi negara-negara di ASEAN. Visa antar negara ASEAN memang sudah dibebaskan, tetapi ini bukan berarti kita akan mendapat serbuan dari negara-negara tetangga, misalnya serbuan pedagang bakso dari Filipina, tidak seperti itu. Hehehe.. Ada 8 bidang pekerjaan dengan sertifikasi khusus yang dapat melakukan arus bebas tenaga kerja terampil (Mutual Recognition Arrangements).

Jadi, dalam rangka menyambut HUT ke-50 ASEAN, sebagai founder ASEAN, Indonesia ingin membuat sesuatu yang memorable. Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian ingin bersinergi bersama Relawan Komunitas Peduli ASEAN untuk menyambut HUT ke-50 ASEAN tersebut. Mudah-mudahan acara tersebut bisa terlaksana.

For your information, kita perlu berbangga karena sekretariat ASEAN berada di Jakarta, tepatnya di Jalan Sisingamangaraja. Saat ini, ASEAN telah diakui sebagai pemain di kancah global, terbukti kini ASEAN telah memiliki Duta Besar untuk ASEAN. Jadi, selama ini kita hanya memiliki misalnya, Duta Besar untuk Indonesia, atau Duta Besar untuk Singapura. Tetapi, kini telah ada Duta Besar khusus ASEAN yang saat ini jumlahnya telah mencapai 64 Dubes tersebar di seluruh dunia.

Indonesia sebagai salah satu founder ingin menjadi leader dan winner. Tetapi, bukan itu tujuan utamanya. Ini bukan perang antar negara-negara di ASEAN, tetapi ini adalah sebuah sinergi antar negara regional untuk bersama-sama meningkatkan daya saing di kawasan ASEAN. Seperti teman dalam satu kelas, sistem pendidikan yang baik dan modern adalah bukan untuk berkompetisi mencapai rangking satu, tetapi menjalin kerjasama dan berkolaborasi agar kualitas dan daya saing meningkat bersama-sama. Namun di dalam perjalanannya, kemampuan setiap orang pasti berbeda dan pada akhirnya akan terlihat siapa yang akan mampu menjadi pemenang.




Bersama Indonesia, ASEAN Kuat

Bersama ASEAN, Indonesia Maju