Selasa, 18 November 2014

Tugas 7: Ekop

         Gerakan koperasi di Indonesia lahir pada tahun 1908 oleh perkumpulan Boedi Oetomo. Tujuan perkumpulan ini adalah perjuangan untuk mencapai kehidupan nasional yang layak (Saroso Wirodiharjo). Perkumpulan ini berhasil mendirikan toko-toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Perkumpulan Boedi Oetomo mengalami kegagalan akibat masuknya pedagang dari Tionghoa dan Eropa. Berbagai perkumpulan koperasi lahir untuk menyaingi dan menghilangkan distribusi asing. Lima tahun kemudian, Sarekat Dagang Islam berhasil memiliki ribuan anggota di seluruh Indonesia (Wirodiharjo, Saroso. 1954).

       Perkembangan koperasi di Indonesia menjadi lebih stabil setelah Pemerintah Belanda ikut mendirikan koperasi. Perhimpunan Indonesia di Belanda dalam pimpinan Moh. Hatta juga bertekad memajukan koperasi pertanian dan bank-bank rakyat. Perkembangan koperasi berlanjut hingga ke seluruh pelosok nusantara. Koperasi di Indonesia berperan penting dalam menegakan kedaulatan ekonomi dan politik dalam rangka mencapai kemerdekaan (Nurdin, Bahri. 1983).

      Di era reformasi, koperasi merupakan salah satu badan usaha selain BUMN dan BUMS. Landasan konstitusional koperasi adalah UUD 1954 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong. Indikator kontribusi badan usaha koperasi itu dapat ditinjau terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Beberapa penelitian menunjukan peranan koperasi terhadap PDB masih sangat rendah, yaitu hanya 5%. Kontribusi perkembangan koperasi diperkirakan tidak banyak berubah dalam beberapa tahun ke depan (Arifin, Imamul. 2007).


Daftar Pustaka:

UUD 1954 pasal 33 ayat 1 tentang Landasan Konstitusional Koperasi.

Wirodiharjo, Saroso. 1954. Perkembangan Ko-operasi Batik. Jakarta: Penerbit Gabungan Ko-operasi Batik Indonesia.

Nurdin, Bahri. 1983. Beberapa Aspek Historis Perkembangan Koperasi di Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.


Arifin, Imamul. 2007. Membuka Cakrawala Ekonomi. Bandung: PT Setia Purna Inves.

Tidak ada komentar: